Ahli kesehatan mengingatkan masyarakat dan para klinisi supaya menggunakan atau memberikan antibiotik sesuai indikasi. Hal ini demi mencegah terjadinya resistensi atau kekebalan bakteri terhadap obat yang berbahaya bagi tubuh.
"(Penyakit) yang memerlukan antibiotik hanya yang disebabkan infeksi bakteri. Virus tidak bisa diatasi dengan antibiotik. Hanya infeksi bakteri saja," ujar Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), dr. Hari Paraton, SpOG(K) dalam Simposium Nasional Upaya Peningkatan Kesadaran Pencegahan Penyakit dan Penggunaan Antimikroba yang Baik dan Benar di Jakarta, seperti dikutip dari AntaraNews,
Hari mengatakan penanganan infeksi bakteri saja sebenarnya tidak seluruhnya memerlukan antibiotik, karena ada beberapa infeksi bakteri yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Para klinisi, kata dia, harus bisa membedakan mana infeksi bakteri yang memerlukan antibiotik dan tidak.
"Infeksi bakteri saja tak selamanya menggunakan antibiotik. Ada yang sembuh sendiri sehingga tak memerlukan antibiotik," kata Hari.
Lebih lanjut, para klinisi kerap meresepkan antibiotik pada pasien bila menemukan indikasi panas. Mereka menganggap panas sebagai infeksi. Padahal, panas bisa saja bukan manisfestasi infeksi.
"Para klinisi kalau ada indikasi panas dianggap infeksi karena dulu ajarannya diberikan antibiotik. Panas manifestasi sebagian karena infeksi dan sebagiannya tidak. Harus dibedakan infeksi itu karena virus atau bakteri. Hanya infeksi bakteri saja yang menggunakan antibiotik," papar Hari.
Penyakit semacam flu, diare, radang tenggorokan bisa sembuh tanpa antibiotik.
"Manusia dibekali self healing, sebagian bisa sembuh tanpa antibiotik, seperti batuk pilek, radang tenggorokan--radang itu bukan infeksi hanya inflamasi), diare, demam berdarah," tutur Hari.