Ilmuwan telah lama mengetahui rahasia di balik jamur sihir (psilocybin mushroom) atau dikenal sebagai magic mushroom atau jamur ajaib.
Konon, orang yang memakan jamur ini bisa mengalami halusinasi tingkat tinggi, pasalnya jamur ajaib mengandung senyawa kimia yang disebut psilocybin.
Sebagai suatu prodrug (bakal obat), psilocybin dengan cepat diubah oleh tubuh untuk psilocin, yang memiliki efek mengubah pola pikir mirip dengan LSD dan meskalin.
Efek itu seperti misal euforia, halusinasi visual dan mental, perubahan persepsi, perasaan terdistorsi, dan pengalaman spiritual, serta efek samping seperti mual dan serangan panik.
Akan tetapi, para periset masih belum bisa menemukan penyebab dan cara jamur ajaib berevolusi untuk menghasilkan bahan psikedelik. Dari kasus inilah, mereka terus melakukan penelitian dan muncul petunjuk baru.
Periset menjelaskan, spesies-spesies yang memproduksi psilocybin ternyata tidak saling berkaitan erat. Masing-masing spesies berasal dari garis keturunan yang berbeda dan memiliki genom unik.
Untuk lebih memahami hubungan antara berbagai jamur ajaib, ilmuwan mengurutkan genom dari tiga spesies jamur psychedelic dan membandingkannya dengan genom beberapa kerabat non-psychedelic. Analisis komparatif menunjukkan sekelompok gen yang dimiliki oleh tiga jamur ajaib.
Akan tetapi, temuan tersebut tidak menjawab pertanyaan ilmuwan: bagaimana dan mengapa jamur ajaib berevolusi?
Dalam penelitian lain, para ilmuwan melihat asal mula gen dari spesies tersebut. Mereka yakin, jamurajaib berbagi kode genetik untuk memproduksi senyawa psilocybin melalui proses yang disebut transfer gen horizontal.
Para ilmuwan berhipotesis, jamur ajaib berbagi gen ini di lingkungan yang banyak ditinggali serangga pemakan jamur, seperti kotoran hewan dan kayu busuk.
Kemampuan psilocybin untuk mengubah fungsi otak tidak hanya berdampak pada manusia, senyawa memabukkan ini ternyata juga mengganggu saraf normal serangga. Penelitian menguak fakta bahwa psilocybin menekan nafsu makan lalat.
"Kami menduga bahwa jamur berevolusi menjadi halusinogen, karena serangga tak ada yang mau memakannya," Jason Slot, asisten profesor di bidang evolusi genomik jamur dari Ohio State University, menjelaskan.
Slot dan rekannya menerbitkan hipotesis mereka di jurnal Evolution Letters.
"Psilocybin mungkin tidak hanya meracuni predator atau membuat rasa jamur menjadi tidak enak," kata Slot, seperti dikutip dari UPI.
"Jamur ini juga mengubah pikiran serangga, jika mereka memiliki pikiran, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri," lanjutnya lagi.
Beberapa penelitian bahkan memaparkan, psilocybin berpotensi digunakan untuk pengobatan kesehatan mental, seperti kegelisahan dan depresi.
0 komentar:
Posting Komentar